PENGERTIAN KHIYAR
Akad yang sempurna haruslah
terhindar dari khiyar, yang memungkinkan aqid (orang yang akad)
membatalkannya. Pengertian Khiyar menurut ualama fiqih adalah suatu keadaan
yang menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni menjadikan
atau membatalkan jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, 'aib atau ru'yah,
atau hendaklah memilih di antara dua barang jika khiyar ta'yin.
Jumlah khiyar sangan banyak. Menurut
ulama Hanafiyah, jumlahnya ada 17. Sedangkan menurut ulam Malikiyah, membagi
khiyar menjadi dua bagian, yaitu khiyar al-taammul (melihat,
meneliti) adalah khiyar secara mutlak dan khiyar naqish (kurang), yakni
apabila terdapat kekurangan atau 'aib pada barang yang dijual (khiyar
al_hukmy). Ulama Malikiyah berpendapat bahwa khiyar majlis itu batal.
KHIYAR
PALING MASYUR
1. Khiyar Syarat
a.
khiyar syarat menurut ulama fiqih adalah suatu keadaan yang membolehkan
salah seorang yang akad atau masing-masing yang akad atau selain kedua pihak
yang akad memiliki hak atas pembatalan atau penetapan akad selama waktu yang
ditentukan. Khiyar disyariatkan antaralain untuk menghilangkan unsur
kelalaian atau penipuan bagi pihak yang akad.
b.
Khiyar Masyru' (disyariatkan) dan khiyar rusak
1. khiyar masyru'
khiyar yang disyariatkan adalah khiyar yang
ditetapkan batasan waktunya. Hal ini didasarkan pada hadits
Rasulullah SAW, beliau bersabda: "jika bertransaksi (jual-beli),
katakanlah tidak ada penipuan dan saya khiyar selama tiga hari." (HR.
Muslim)
2. Khiyar rusak
Menurut pendapat para kalangan ulama
Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hanbilah, khiyar yang tidak jelas batasan waktunya
adalah tidak sah, seperti pernyataan, "saya beli barang ini dengan syarat
saya khiyar selamanya", perbuatan ini mengandung jahalah (ketidak
jelasan). Menurut ulama Syafi'iyah dan Hanbilah, jual beli seperti itu batal.
Khiyar sangat menentukan akad, sedangkan batasanya tidak diketahui, sehingga
akan menghalangi aqid (orang yang melakukan akad) untuk menggunakan (tasharruf)
barang tersebut.
c.
Batasan khiyar Masyru'
Ulama Hanafiah, Jafar, dan Syafi'iyah, membolehkan khiyar tersebut dengan waktu
yang ditentukan selagi tidak lebih dari tiga hari. Mereka berpendapat bahwa
waktu tiga hari adalah waktu cukup dan memenuhi kebutuhan seseorang. Dengan
demikian, jika melewati tiga hari maka jual beli tersebut batal. Akan tetapi
akad tersebut akan menjadi sahih, jiak diulangi dan tidak melewati tiga hari.
Adapun menurut Ja'far, jika diulangi dan tidak melewati tiga hari, tidak dapat
menjadi akad yang sahih.
d.
Cara menggunakan Khiyar
cara
menggunakan khiyar ada tiga cara
1.
Pengguguran jelas (sharih)
2.
Pengguguran dengan dilalah
3.
Pengguguran khiyar dengan kemadaratan
Penggunaan khiyar dengan adanya
kemadaratan terdapat dalam beberapa keadaan antara lain sbb:
a. Habis waktu
b. Kematian orang yang memberikan syarat
c. Adanya hal-hal semakna dengan mati
d. Barang rusak ketika masih khiyar
e. adanya cacat pada barang
f . Cara membatalkan atau menjadikan akad
2. Khiyar Majlis
a.
khiyar Majlis, menurut para ulama fiqih adalah hak
bagi semua pihak yang melakukan akad untuk membatalkan akad selagi masih berada
ditempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga
muncul kelaziman dalam akad. Denagan demikian akan menjadi lazim, jika
kedua pihak telah berpisah atau memilih.
b.
Pandangan para ulama tentang Khiyar Majlis
1. Ulama Hanafiyah dan Malikiyah
Akad akan dapat menjadi lazim
denagan adanya ijab dan qabul, serta tidak bisa hanya dengan khiyar.
2. Menurut ulama Syafi'iyah dan
Hanabilah
Jika pihak yang akad menyatakan ijab
dan qabul, akad tersebut masih termasuk akad yang boleh atau tidak lazim selagi
keduanya masih berada ditempat atau belum berpisah badanya.
PENGERTIAN
RIBA
Riba sering juga di artikan sebagai tambahan yang
tidak disertai dengan adanya kompensasi. Tambahan nilai untuk pertukaran yang
ada pada jual beli baik tambahan nilai uang, barang maupun kadar waktu. Di
dalam sebuah transaksi jual beli atau pertukaran barang dan barang yang lain
atau pertukaran harta dengan harta lain yang sama-sama menguntungkan dengan
nilai yang telah disepakati dan tidak merugikan salah satu pihak. Maka hal ini
hukumnya halal. Namun berbeda dengan riba, tambahan harta yang harus
dikembalikan salah satu pihak ke pihak lain dalam transaksi jual beli ataupun
pertukaran harta menjadikan kerugian untuk salah satu pihak bilamana terjadi
penambahan nilai.
Pengertian riba juga bisa sebagai sebuah kompensasi
tertentu yang kesesuaiannya dengan timbangan tidak diketahui dengan jelas
sesuai syariat, baik pada waktu aqad berlangsung maupun ketika adanya penundaan
barang yang ditukarkan. Ada tiga macam riba yakni: riba yadd, riba nasaa, riba
qardl dan riba fadlal. Sebelum bahasan mengenai macam-macam riba, alangkah
baiknya kita mengetahui hukum riba.
Hukum Riba
Dari pengertian riba yang ada yakni sebuah
penambahan dalam tukar menukar atau jual beli maka hukum riba menurut syariat
islam adalah haram. Keharaman riba ini berlaku baik untuk penambahan dengan
nilai sedikit maupun dengan nilai besar. Larangan akan melakukan riba telah
tertulis jelas dalam al-qur’an tepatnya pada surat Al-baqarah ayat 275 dan 279
beserta ayat-ayat berikutnya. Perbuatan riba sama halnya dengan dosa besar yang
bahkan lebih besar daripada melakukan zina, mencuri bahkan minum khamer. Allah
dan Rosulullah SAW telah melaknat siapapun yang memakan harta riba karena riba
sudah jelas hukumnya haram dalam agama islam.
Macam-macam Riba
a. Riba
Yadd
Riba jenis ini terjadi adanya penundaan dalam
membayar suatu barang. Kedua belah pihak yang melakukan transaksi ini telah
terpisah dari tempat aqad sebelum di adakannya serah terima barang.
b. Riba
Nasaa’
Riba ini adalah penambahan nilai atas sanksi yang
diberikan pihak pemberi hutang kepada orang yang melakukan hutang karena
keterlambatan pembayaran hutang yang tidak sesuai dengan waktu jatuh tempo
pembayaran.
c. Riba
Qardl
Peminjaman uang atau barang kepada orang lain dengan
syarat si peminjam akan memberikan kelebihan atau keuntungan pihak yang
memberikan pinjaman.
d. Riba
Fadlal
Riba
jenis ini adalah mengambil kelebihan atau penambahan nilai dari adanya
pertukaran barang yang sejenis.
Pembaca sudah membaca uraian di atas mengenai apa
itu pengertian riba, hokum serta macamnya, semoga selanjutnya kita akan lebih
berhati-hati dalam bertransaksi agar tidak terjerumus kedalam riba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar